Senin, 27 Oktober 2014

WAWANCARA SOSIOLOGI

Wawancara Sosiologi di Desa Klinting

 

Keberadaan umat Hindu yang jumlahnya minoritas di Desa Klinting Kecamatan Somagede, Banyumas, Jawa Tengah, ternyata dapat berdampingan dengan rukun dan harmonis dengan umat muslim setempat. 

 

Bukti kerukunan antar umat Hindu dan umat Muslim di daerah tersebut terlihat pada saat  perayaan Hari Suci Keagamaan yang diwarnai dengan kebersamaan saling membantu satu dengan lainnya. Jika sedang ada kerja bakti di Mushola masyarakat Hindu pun turut membantunya.

 

Kepala Desa Klinting  Bapak Sudir, memberikan penjelasan bahwa masyarakat di Desa Klinting yang mayoritas beragama Islam, mereka dapat menerima keberadaan umat Hindu. Di Desa Klinting tidak pernah terjadi konflik  antar agama, masyarakatnya juga tidak ada yang membedakan agama.

Masyarakatnya beranggotakan 2.798 orang , 185 orang yang menganut agama Hindu. Sebagian menganut Hindu Jawa dan sisanya menganut Hindu Bali. Doa-doa yang yang dibacakan oleh penganut Hindu Jawa cenderung berbahasa Jawa, sedangkan Hindu Bali menggunakan bahasa Sansekerta yang mengambil dari Weda. Jumlah penganut agama Hindu di Desa Klinting cenderung berkurang karena sebagian di antara mereka berpindah agama setelah menikah. 

 

Para penganut agama Hindu di Desa Klinting di pegunungan Kendeng, Banyumas semula merupakan penghayat kepercayaan wayah kaki. Seorang tokoh kepercayaan wayah kaki bernama Ranameja saat menjalankan semedi mendapatkan wangsit dari wayah kaki yang menyarankan agar para penghayat kepercayaan tersebut bernaung kepada agama Hindu yang memiliki kemiripan dalam tata cara sembahyangnya. Ranameja membangun Pura Pedaleman Giri Kendeng sekitar 22 Tahun yang lalu.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar